Syamedia - Melihat
dari sejarah orang-orang besar, ada satu hal yang dapat saya ambil, bahwa
mereka, orang-orang besar, menjadi besar terlihat sejak mereka berada di usia
remaja.
Mereka, saat remaja, adalah para remaja luar biasa yang berbeda dengan kawan seusianya. Mereka, saat remaja, adalah para remaja yang mempunyai pemikiran yang besar, ada juga yang terngiang mewujudkan obsesi serta impian besar, bekerja besar, berbuat besar. Mereka orang-orang luar biasa, dari Muhammad Rasulullah, tercetus pula nama seorang Ismail Alaihissalam, muncul pula Daud Alaihissalam, Sulaiman Alaihissalam. Mungkin banyak yang berkata, "Mereka kan para nabi, jelas saja mereka seperti itu." Baiklah, ada contoh nyata lain, yaitu Ali ibn Abi Thalib, ingatkan pula tentang pemuda Kahfi, lalu Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel, ada pula Ahmad Yassin.
Mereka, saat remaja, adalah para remaja luar biasa yang berbeda dengan kawan seusianya. Mereka, saat remaja, adalah para remaja yang mempunyai pemikiran yang besar, ada juga yang terngiang mewujudkan obsesi serta impian besar, bekerja besar, berbuat besar. Mereka orang-orang luar biasa, dari Muhammad Rasulullah, tercetus pula nama seorang Ismail Alaihissalam, muncul pula Daud Alaihissalam, Sulaiman Alaihissalam. Mungkin banyak yang berkata, "Mereka kan para nabi, jelas saja mereka seperti itu." Baiklah, ada contoh nyata lain, yaitu Ali ibn Abi Thalib, ingatkan pula tentang pemuda Kahfi, lalu Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel, ada pula Ahmad Yassin.
Ahmad
Yassin, beliau adalah salah satu tokoh pembebasan Palestina dari jajahan
Israel. Beliau adalah seorang yang dlumpuh, namun ternyata kelumpuhan tersebut
telah dialaminya sejak umur belasan tahun. Tetapi, kelumpuhan tidak
menjadikannya patah semangat, malah ia bertambah gigih, ia menjadi guru agama,
dan entah kenapa ajarannya begitu kuat tertanam di hati murid-muridnya,
sampai-sampai saat Ahmad Yassin berkata tentang shalat malam, para murid
melaksanakannya, saat berkata tentang shaum sunnah, orang tua muridnya
dikagetkan atas penolakan anak-anaknya untuk makan-minum seharian.
Ahmad
Yassin, yang lumpuh itu, ditakuti Israel, padahal beliau adalah seorang yang
bahkan berkata pun terbata-bata. Tapi ia ditakuti, sampai-sampai pada suatu
fajar ia menemui syahidnya yang diperoleh dari sebuah bom di mobilnya yang
diletakkan oleh para durjana Israel.
Kala fajar, hendak berpendar
Mentari pun belum bersinar
Sebongkah dendam membara
Memburu sang hamba nan bersahaja
Raganya tak seperti kita
Namun smangatnya menembus semesta
Dari kursi roda, mengguncang dunia
Untuk kemerdekaan Palestina
Darah membuncah, menyirami bumi
Tubuhnya terhempas tercabik
Namun dia hidup di sisi Ilahi
Dalam nikmat abadi
Selamat jalan hai mujahid
Do'a kami mengiringi
Dengan jiwa nan tentram suci
Kepada Allah kembali
(Shoutul Harokah - Syaikh Ahmad Yassin)
Kini,
marilah kita tengok satu panglima besar yang pernah dimiliki Islam, jauh
sebelum Ahmad Yassin, beliau adalah seorang muda, sultan muda, panglima muda,
dengan semangat untuk mewujudkan impian 700 tahun, menaklukan Konstantinopel.
Selalu terngiang-ngiang di benaknya sebuah hadis yang menjadi motivasinya,
"...Yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pasukan. Dan pemimpinnya adalah
sebaik-baik panglima."
Ini menjadi motivasinya menjadi "sebaik-baik panglima" atau setidaknya ambil bagian dalam "sebaik-baik pasukan", ia terus mengingatnya jauh sebelum ia berhasil menaklukan Konstantinopel di usia yang sungguh muda, 23 tahun!
Ini menjadi motivasinya menjadi "sebaik-baik panglima" atau setidaknya ambil bagian dalam "sebaik-baik pasukan", ia terus mengingatnya jauh sebelum ia berhasil menaklukan Konstantinopel di usia yang sungguh muda, 23 tahun!
Dia adalah
seorang pemuda yang shalih, ia tak pernah meninggalkan shalat fardhu sejak
balighnya, tak pernah meninggalkan shalat malam sejak balighnya pula, tak pernah
meninggalkan shaum Ramadhan, yang selalu mengkhatamkan quran kurang dari
sebulan, yang tidak pernah kehilangan hafalan qurannya, dan yang tidak pernah
meninggalkan shaum ayyamul bidh-nya, pantaslah ia menjadi "sebaik-baik
pemimpin" yang menaklukan Konstantinopel, kotanya Heraklius. Sultan muda
lagi shalih. Impian besarnya sejak kecil terwujud. Semua terjadi, dari tekad
kuat, bulat, ditunjang dengan keshalihan beragama, kekuatan fisik, kematangan
mental, dan semua itu terangkum di usia mudanya, dan bahkan menjadi orang besar
di usia muda, yang selalu tercatat oleh tinta emas sejarah. Perkenalkan, inilah
beliau, Muhammad Al-Fatih.
Lalu, kini
marilah kita mendekat kepada menantu sekaligus kemenakan Rasulullah, Sang
Gerbang Kota Ilmu, Ali ibn Abi Thalib. Adalah orang yang paling muda saat
menerima Islam. Tak pernah menyembah berhala. Seorang cerdas, seorang ilmuwan
dalam dunia Islam, seorang bijak. Ia juga seorang yang kuat perawakannya.
Kematangan dirinya jelas karena ia dimentor oleh Rasulullah dari usia
muda. Ia-lah yang berselimut hijau, berbaring di rumah Nabi ketika kafir
Quraisy hendak membunuh nabi di rumahnya, sedang nabi tengah berada dalam
perjalanan bersama sahabat terbaik, Abu Bakr. Ia-lah pahlawan Perang Khaibar.
Khalifah ke-empat, yang terus-menerus menghadapi aral rintangan ketika
memimpin, melawan Khawarij, bahkan hingga syahid. Orang besar ini, semua
capaiannya dapat terjadi dari pembentukan ketika di usia muda, remaja. Jelaslah
bahwa ia salah satu contoh bahwa orang besar bermula dari remaja besar.
Kini,
marilah kita masuk ke jajaran para nabi. Mereka tidak serta-merta menjadi nabi
melainkan ada pentarbiyahan sejak usia muda, dipersiapkan sejak remaja.
Daud Alaihissalam. Kita tahu bahwa beliau adalah seorang Nabi yang juga Raja, beliau dapat melunakkan besi dan membuatnya menjadi jubah para jundi-jundi Allah yang ringan namun kokoh. Daud Alaihissalam adalah seorang pemuda luar biasa. Pernah mendengar istilah "David vs Goliath"? David vs Goliath adalah sebuah istilah yang menunjukan sebuah tenaga kecil (David) melawan kekuatan besar (Goliath), istilah ini berasal dari Nasrani, David sendiri sebenarnya adalah Daud, dan Goliath adalah Raja Jalut. Tentang kisahnya, kita semua sudah tahu, Daud yang ketika itu masih sangat muda, berniat untuk ikut ke dalam pasukan Raja Thalut yang menjanjikan bagi lelaki manapun yang berhasil menaklukkan Raja Jalut yang durjana akan dinikahkan dengan putrinya, Mikal. Daud yang mencoba ikut ke dalam pasukan, malah ditolak karena masih terlalu muda, namun, dengan gagah berani dan tak patah arang, ia membawa senjatanya, senjata yang amat kecil, hanya sebuah ketapel. Dilemparkanlah kerikil dari ketapelnya tepat di dahi Jalut, takluklah ia. Sontak pasukan Thalut pun menang. Daud pun diangkat menjadi raja menggantikan Thalut.
Lihatlah, semua terjadi ketika usia remaja, sebelum akhirnya ia menjadi seorang nabi di suatu masa.
Daud Alaihissalam. Kita tahu bahwa beliau adalah seorang Nabi yang juga Raja, beliau dapat melunakkan besi dan membuatnya menjadi jubah para jundi-jundi Allah yang ringan namun kokoh. Daud Alaihissalam adalah seorang pemuda luar biasa. Pernah mendengar istilah "David vs Goliath"? David vs Goliath adalah sebuah istilah yang menunjukan sebuah tenaga kecil (David) melawan kekuatan besar (Goliath), istilah ini berasal dari Nasrani, David sendiri sebenarnya adalah Daud, dan Goliath adalah Raja Jalut. Tentang kisahnya, kita semua sudah tahu, Daud yang ketika itu masih sangat muda, berniat untuk ikut ke dalam pasukan Raja Thalut yang menjanjikan bagi lelaki manapun yang berhasil menaklukkan Raja Jalut yang durjana akan dinikahkan dengan putrinya, Mikal. Daud yang mencoba ikut ke dalam pasukan, malah ditolak karena masih terlalu muda, namun, dengan gagah berani dan tak patah arang, ia membawa senjatanya, senjata yang amat kecil, hanya sebuah ketapel. Dilemparkanlah kerikil dari ketapelnya tepat di dahi Jalut, takluklah ia. Sontak pasukan Thalut pun menang. Daud pun diangkat menjadi raja menggantikan Thalut.
Lihatlah, semua terjadi ketika usia remaja, sebelum akhirnya ia menjadi seorang nabi di suatu masa.
Orang
besar bermula dari remaja besar.
"Like
Father Like Son", peribahasa Bahasa Inggris ini sangat tepat ditujukan
kepada Sulaiman Alaihissalam, beliau mewarisi sifat ayahnya, Daud Alaihissalam.
Seorang bijaksana. Kebijaksanaannya telah muncul ketika masih muda.
Suatu
ketika seorang ibu dari Bani Israil mengadukan bahwa bayinya telah dicuri
seorang ibu lainnya kepada Daud Alaihissalam. Kedua ibu tersebut berkeyakinan
bahwa bayi itu miliknya masing-masing. Daud Alaihissalam menunjuk kepada salah
satu ibu dan mengatakan bahwa dialah ibunya. Namun, ibu yang lain mengadukan
masalah ini kepada Sulaiman Alaihissalam. Dengan cerdik, Sulaiman Alaihissalam meminta
sebuah gergaji, ketika ditanya untuk apa, beliau menjawab, "Akan ku
gergaji bayi ini menjadi dua, dan membagikannya masing-masing kepada kalian
berdua." Namun salah satu ibu itu mengeluarkan air mata, lalu berkata
kepada Sulaiman Alaihissalam, "Biarlah bagianku untuk dia," seraya
menunjuk ibu yang satunya. Tersenyumlah Sulaiman Alaihissalam, beliau
mengatakan bahwa ibu yang menangis inilah sesungguhnya ibu dari bayi tersebut.
Solusi cerdas dari seorang muda. Kematangan di usia muda membuatnya sebagai pewaris
ayahnya dan menjadi Raja yang besar juga menjadi seorang Nabi.
Lihatlah,
orang besar bermula dari remaja besar.
"Maka Kami beri dia khabar
gembira dengan seorang anak yang amat sabar." (Q.S. Ash-Shaffat [37]: 101)
Tersebut
pula seorang Ismail Alaihissalam, putera Ibrahim Alaihissalam. Keshalihan
beragama dan berjiwa besar telah ia tunjukkan sejak usia belia, belasan tahun.
Kita tentu mengenal sejarah mengapa ummat Islam mesti menyembelih hewan ternak
ketika Idul Adha. Ketika itu, Ibrahim Alaihissalam mendapat mimpi bahwa ia
diperintahkan untuk menyemlih anaknya, Ismail Alaihissalam. Lalu, kisah
selanjutnya dapat kita simak sebagaimana termaktub dalam Firman-Nya, "Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (Q.S.
Ash-Shaffat [37]: 102).
Ini kembali menjadi bukti bahwa orang besar bermula dari remaja besar.
Ini kembali menjadi bukti bahwa orang besar bermula dari remaja besar.
Kini
tibalah kita kepada uswatun hasanah sepanjang zaman, manusia yang berbudi
pekerti agung.
"Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah." (Q.S.
Al-Ahzab [33]: 21)
"Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (Q.S. Al-Qalam [68]: 4)
Sungguh, kehabisan kata-kata untuk membahas kesempurnaan akhlak Muhammad Rasulullah, sang Mu'allim, seorang yang paling dirindukan. Rindu ingin bertemu, penasaran dengan akhlaqnya yang mulia, ingin tahu saya tentang beliau, kelembutannya, kehalusannya, ah, sekali lagi, kehabisan kata-kata.
Sungguh, kehabisan kata-kata untuk membahas kesempurnaan akhlak Muhammad Rasulullah, sang Mu'allim, seorang yang paling dirindukan. Rindu ingin bertemu, penasaran dengan akhlaqnya yang mulia, ingin tahu saya tentang beliau, kelembutannya, kehalusannya, ah, sekali lagi, kehabisan kata-kata.
Selagi
kecil, perilakunya terpelihara, Allah menjaganya dari pesta-pesta Quraisy.
Beliau... Ah... entah bagaimana.
Beliau... Ah... entah bagaimana.
Beliau,
seorang besar yang paling lengkap, perfect! Dari usia yang kecil, beliau telah
mendapat banyak pengetahuan. Bersama kakekknya, Abdul Muthalib, beliau dibekali
ilmu sosial, ilmu tentang kepemimpinan, ilmu untuk berdiplomasi. Bersama
pamannya, Abu Thalib, beliau diajari ilmu berdagang, niaga, di sana ia dilatih
kejujuran dalam berdagang. Di lingkungan masyarakat, beliau dikenal sebagai
Al-Amin, Yang Terpercaya, gelar yang didapatnya jauh sebelum beliau disinari
cahaya nubuwwah, gelar yang didapat atas solusi cerdas menyelesaikan pertikaian
kecil yang hampir berujung perang saudara antar kabilah Quraisy. Ia pun sempat
diamanahi sebagai pemimpin kafilah dagang Khadijah binti Khuwailid -yang
menjadi istrinya kelak- karena kejujurannya.
Menjadi
al-Amin, bahkan ketika suatu saat, beliau naik ke sebuah bukit, dipanggilnya
kabilah-kabilah di Quraisy, seketika keluarlah mereka, lalu dikatakan kepada
mereka, "Bila kukatakan kepada kalian bahwa di balik bukit ini ada pasukan
yang hendak menyerbu kalian, apakah kalian percaya?" Mereka pun menjawab
dengan penuh kepercayaan serta tak meragukan kredibilitasnya sebagai al-Amin,
Yang Terpercaya.
Semuanya menjadi bekal untuk mengemban amanah tertinggi, menjadi Rasullullah, menyampaikan risalah-Nya.
Semuanya menjadi bekal untuk mengemban amanah tertinggi, menjadi Rasullullah, menyampaikan risalah-Nya.
Semua
bermula dari usia remaja.
“Orang besar bermula dari remaja
besar.”
Ini, semoga menjadi motivasi, menjadi semacam semangat, di usia muda ini, semoga kisah orang-orang besar di atas, meski singkat, meski hanya sedikit, moga mampu menyemangati langkah dalam mewujudkan impian serta harapan.
Di antara Venus dan Mars, 14
Zulhijjah 1431,