Jangan, jangan letih wahai jiwa. Walau harus tercucur lebih banyak lagi keringat ini,
walau harus semakin memerah bersimbah darah tubuh ini.
Walau harus diri ini menahan haus dan lapar lebih lama lagi,
walau harus mata semakin perih untuk menatap. Jangan biarkan ia terpejam.
Jangan, jangan letih wahai jiwa.
Mereka masih merintih pedih di ufuk cakrawala,
sedangkan langit masih menghitam diselimuti awan kelam.
Sedangkan fajar masih enggan untuk hadir menemani mentari pagi yang seharusnya tidak ragu untuk menyapa indahnya pagi.
Jangan, jangan letih wahai jiwa.
Selama nyawa masih bersemayam dalam tubuh ini,
selama langkah masih harus tercipta di atas jalan ini,
selama itu pula kau kan tetap bertahan.
Demi sebuah mimpi, demi segenggam harapan, demi setumpuk cita.
Jangan, jangan letih wahai jiwa.
Hari ini aku masih bisa melisankan kebenaran di antara ruang-ruang kepenatan panjang,
di antara keletihan dan surutnya perjuangan,
di antara penantian dan pengorbanan yang ditaburi keikhlashan.
Jangan, jangan letih wahai jiwa.
Demi anak-anak yang masih menjerit kehilangan ayah-ibunya,
demi ibu-ibu kita yang masih meratap kehilangan suaminya.
Demi saudari-saudari kita yang harus rela dinodai oleh aksi kebiadaban bangsa kera.
Demi suara lantang yang kan tetap teriakan keadilan.
Jangan, jangan letih wahai jiwa.
Karena ia tak akan kembali jika kau lewatkan tanpa makna,
karena ia akan menyesal jika kau relakan berlalu begitu saja.
Karena ia memang harus dipertahankan oleh sebuah keabadian semangat yang juga seharusnya tidak pernah surut apalagi padam.
Walau aku harus sendiri meniti langkah ini.
Aku relakan jiwaku untuk syurga dan ridha-Mu.
By Hudzaifah (Ilmu Sejarah'05)
JANGAN LETIH WAHAI JIWA
Related Articles
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Label:
FKDF